Kabupaten
Labuhanbatu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Rantau Prapat. Kabupaten Labuhanbatu terkenal dengan hasil
perkebunan kelapa sawit dan karet.Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan
yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas timur Sumatera dan berada
pada persimpangan menuju Provinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan
pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses
yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Pada mulanya luas
kabupaten ini adalah 9.223,18 km² atau setara dengan 12,87% dari luas
Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sebagai Kabupaten terluas kedua setelah
Kabupaten Tapanuli Selatan , sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605
jiwa pada tahun 2007. Kabupaten Labuhanbatu terletak pada koordinat 10 260
– 20 110 Lintang Utara dan 910 010 – 950 530 Bujur timur. Dengan dibentuknya
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara, maka luas
kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan penduduknya sebanyak 857.692 jiwa
pada tahun 2008. Pada tahun 2003 Kabupaten ini menjadi salah satu daerah
kabupaten/kota dengan ekonomi terbaik se-indonesia.
SEJARAH
SINGKAT
I. Sebelum
Penjajahan Belanda
Sistem Pemerintahan
Kabupaten Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat monarkhi.
Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang
bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan
sehari.hari (semacam Perdana Menteri).
Kesultanan/kerajaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 (empat) kesultanan yaitu :
- Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang.
- Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir.
- Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.
- Kesultanan Panai
berkedudukan di Labuhan Bilik.
Kesultanan Panai di Masa Penjajahan Hindia Belanda - Ditambah 1 (satu) Half-bestuur yaitu Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan.
II. Zaman Penjajahan Belanda
Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu, dari berbagai keterangan yang dihimpun diperoleh keterangan bahwa Belanda masuk Labuhanbatu berkisar tahun 1825. Namun ada pula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu setelah selesai Perang Paderi (sekitar tahun 1831).
Pada tahun 1862 kesatuan Angkatan Laut Belanda di Bawah Pimpinan “Bevel Hebee” datang kekampung Labuhanbatu (di Hulu Kota Labuhan Bilik sekarang) melalui sungai Barumun. Di Kampung Labuhanbatu tersebut Belanda membangun tempat pendaratan yang terbuat dari batu beton. Lama kelamaan tempat pendaratan tersebut berkembang menjadi tempat pendaratan/persinggahan kapal-kapal yang kemudian menjadi sebuah kampong yang lebih besar, namanya menjadi “Pelabuhan Batu”, akhirnya nama Pelabuhan Batu ini dipersingkat sebutannya menjadi “Labuhanbatu”. Kemudian nama itu melekat dan ditetapkan menjadi nama Wilayah Kabupaten Labuhanbatu.
Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda secara yuridis formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 Tahun 1867 tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang meliputi 3 (tiga) Onder Afdeling yaitu :
1. Onder Afdeling Batu Bara dengan Ibukota Labuhan Ruku.
2. Onder Afdeling Asahan dengan Ibu Kota Tanjung Balai.
3. Onder Afdeling Labuhanbatu dengan Ibukota Kampung Labuhanbatu.
Dan secara administratif pemerintahan wilayah Labuhanbatu merupakan bagian dari wilayah Afdeling Asahan yang dipimpin Asisten Residen (Bupati) sedangkan Onder Afdeling dipimpin Contreleur (Wedana).
Pada awalnya Contreleur Labuhanbatu berkedudukan di Kampung Labuhanbatu, kemudian pada tahun 1895dipindahkan ke Labuhan Bilik, tahun 1924 dipindahkan ke Marbau, tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota Batu dan pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantauprapat sampai kemerdekaan diproklamirkan 17 Agustus 1945
III. Zaman Penjajahan Jepang
Pada Tanggal 3 Maret 1942 bala tentara Dai Nippon (Jepang) mendarat di Perupuk (Tanjung Tiram). Dari Perupuk tentara Jepang bergerak ke Tanjung Balai dan selanjutnya masuk ke wilayah Labuhanbatu untuk merebut Kota Rantauprapat.
Pada masa pemerintahan Jepang Sistem Pemerintahan Hindia Belanda dilanjutkan dengan Sistem Pemerintahan Zelf Bestuur dan kekuasaan Sultan/Raja berlangsung. Untuk memonitoring kegiatan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sultan/Raja, Pemerintah Jepang membentuk Fuku Bunsyuco. Disamping itu istilah-istilah Pimpinan Tingkatan Pemerintahan diganti dari Bahasa Belanda ke Bahasa Jepang.
IV. Setelah Proklamasi
Pada tanggal 2 Oktober 1945, Mr. Teuku Muhammad Hasan dingakat menjadi Gubernur Sumatera, kemudian pada tanggal 3 Oktober 1945 Gubernur Sumatera mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang pada saat itu dihadiri oleh utusan/wakil-wakil daerah. Sesampainya di daerah masing-masing Utusan Daerah tersebut mengadakan pertemuan dengan pemuka-pemuka masyarakat untuk membentuk Komite Nasional Daerah (KND) Labuhan batu.
Pada tanggal 16 malam 17 Oktober 1945 bertempat di rumah dinas Kepala PLN Rantauprapat diadakan rapat dan secara resmi tanggal 17 Oktober 1945 dibentuk Komite Nasional Daerah Labuhanbatu. Dalam rapat tersebut juga ditetapkan sebagai Ketua adalah Abdul Rahman sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan dan wakil ketuanyadr.hidayat.
Setelah terbentuknya Komite Nasional Daerah Labuhanbatu, maka Pemerintahan Swapraja di Labuhanbatu menjadi berakhir. Tugas dan Tanggung Jawab Pemrintahan diambil alih oleh Komite Nasional daerah Labuhanbatu. Dengan Demikian pada tanggal 17 Oktober 1945 secara resmi telah dibentuk Pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu.
Pada tanggal 26 Juni 1946 Dewan (Legislatif) Keresidenan Sumatera Timur menetapkan antara lain : mengangkat 6 orang Bupati untuk 6 Kabupaten di Sumatera Timur, salah satu diantaranya adalah Gause Gautama Pimpinan Taman Siswa Kisaran diangkat menjadi Bupati Labuhanbatu.
Ketetapan dimaksud selanjutnya dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera tanggal 26 Juni 1946 dan berlaku terhitung mulai tanggal 1 Juli 1946. dengan demikian istilah Bupati mulai digunakan sejak tanggal 1 Juli 1946 di 6 Kabupaten di Sumatera Timur termasuk Labuhanbatu. Adapun nama-nama Bupati Labuhanbatu sejak tanggal 17 Oktober 1945 sampai sekarang adalah :
- Abdul Rahman (Ketua KND/Kepala Pemerintahan. 17 Oktober 1945-30 Juni 1946)
- Gause Gautama (1944 – 1948)
- Syahbuddin Siregar (Pj) (1948-1949)
- Djamaluddin Tambunan (1949-1951)
- Abdul Wahid ER (1951-1954)
- Ibnu Saddan (1954-1956)
- T. Badja Purba (1956-1958)
- Fachruddin Nasution (1958-1959)
- Yahya Yakub (1959-1961)
- H. Idris Hasibuan (1961-1966)
- H. Iwan Maksum (1966-1974)
- H. Asrol Adam (1974-1979)
- H. Djalaluddin Pane (1979-1984)
- Abdul Manan (1984-1989)
- H. Ali Hanafiah (1989-1994)
- Drs. H.B. Ispensyah Rambe (1994-1999)
- Drs. HR. Hadisiswoyo Al Haj (Pj) (1999-2000)
- H.T. Milwan (2000-2005)
- Syaparuddin, SH (Pj) (2005)
- HT. Milwan (2005-2010)
- Dr. H. Tigor Panusunan Siregar (2010-2015)
dr.H.Tigor Panusunan Siregar (2010-2015) |
- Amran Utheh,M.AP (Pj) ( 2015 )
Amran Utheh,M.AP (2015) |
- H.Pangonal Harahap.SE,M.Si (2016-Sekarang)
H.Pangonal Harahap,SE,M.Si (2016-Sekarang) |
Source: Diolah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar